Restrukturisasi Industri
Industri Kayu Perlu Restrukturisasi
Banjarmasin-Makin menurunnya peran industri kayu di Kalimantan Selatan sebagai akibat kesulitan bahan baku, menjadi salah satu latar belakang keinginan pemerintah untuk merestrukturisasi industri kayu di KalSel dan membuat master plan industri perkayuan.
Menurut Kepala Dinas Kehutanan Kalsel Ir H Suhardi Atmoredjo MM, keinginan untuk melakukan restrukturisasi industri kayu di Kalsel ini dalam rangka suatainable development of the wood, dan adanya program kerjasama dengan ITTO Jepang.
“Program ITTO difokuskan untuk referensi penyusunan rencana makro industri kehutanan di Indonesia, termasuk di Kalsel. Dimana di dalamnya disusun strategi pengembangan industri kehutanan yang bertujuan untuk mewujudkan industri pengolahan hasil hutan yang tangguh, efisien dan mempunyai daya saing tinggi, yang didukung dengan bahan baku yang berkesinambungan, serta membuat industri model yang sesuai pangsa pasar,” jelasnya, di sela-sela rakor pelaksanaan program ITTO di Swiss-Belhotel Borneo, kemarin.
Melalui progam ini Industri kehutanan di Kalsel akan memiliki arah bagi pengembangan industri kayu ke depan, dan tentunya akan mendukung kelestarian industri kayu serta meningkatkan daya saing untuk jangka panjang.
“Dalam program ini masyarakat lokal secara langsung dan tidak langsung akan mendapat dampak pada perbaikan ekonomi melalui perbaikan kondisi industri kayu yang ada. Apalagi masyarakat juga akan dilibatkan pada pengembangan hutan tanaman rakyat,” tambahnya.
Sukendi Johan, salah satu pengusaha kayu di Kalsel menyatakan mendukung penuh upaya pemerintah untuk menciptakan industri kayu yang berkesinambungan tersebut. Sebab ia mengaku saat ini bahan baku untuk industri kayu memang sangat sulit didapt di Kalsel.
“Sebagai pengusaha, kami sangat mendukung program ini. Sehingga pengembangan industri kayu di Kalsel bisa semakin membaik,” jelasnya yang ikut hadir pada kegiatan tersebut. (sya), Radar Banjarmasin, Jumat, 18 Juli 2008.
0 Komentar:
Posting Komentar